Pemeliharaan Jalan (Rehabilitasi Jalan) menggunakan Lataston Lapis Aus (HRS-WC)

Jalan merupakan sarana transportasi yang menghubungkan antara dua tempat atau lebih. Jalan mempunyai peranan yang sangat penting karena membantu dalam hal pertumbuhan sosial ekonomi dan memperlancar pembangunan suatu daerah sehingga taraf hidup masyarakat akan meningkat. 
Rehabilitasi jalan diperlukan karena adanaya penurunan tingkat pelayanan jalan untuk memperpanjang umur rencana jalan tersebut dan memberikan kenyamanan serta kelancaran bagi pengguna jalan. 
Pelaksanaan Rehabilitasi Jalan menggunakan Lataston Lapis Aus (HRS-WC) untuk memperpanjang umur rencana jalan dilakukan melelui 2 (dua) tahapan. 




1. Tahap Perbaikan terhadap kerusakan kerusakan atau lubang yang ada. 
Sebelum dilakukan overlay, maka mutlak dibutuhkan survey/pemeriksaan kondisi pada lokasi yang akan direhbilitasi dengan tujuan untuk menginventarisasi tingkat kerusakan dan menentukan jenis penanganan selanjutnya. Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan setempat dalam kondisi rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama telah berubah bentuk secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan lapisan di bawahnya, maka harus dilakukan pembongkaran atau dengan cara perataan kembali, semua bahan yang lepas atau lunak harus dibuang dan permukaannya dibersihkan atau diperbaiki terlebihdahulu (ditambal) dengan menggunakan campuran aspal. Bilamana permukaan yang akan dilapisi terdapat atau mengandung sejumlah bahan dengan rongga dalam campuran yang tidak memadai, sebagimana yang ditunjukkan dengan adanya kelelehan plastis dan/atau kegemukan (bleeding), seluruh lapisan dengan bahan plastis ini harus dibongkar (diganti dengan bahan baru). 

Diperlukan pekerjaan patching pada bagian jalan yang secara struktur telah mengalami rusak/pecah, dan pada lokasi-lokasi yang berlubang harus terlebih dahulu dilakukan penambalan. Setelah lubang dibersihkan dengan menggunakan compressor dan alat bantu, selanjutnya dilakukan pelaburan tack coat (Residu Bitumen) dan penghamparan Campuran Aspal Panas (hot mix), kemudian dilakukan pemadatan menggunakan tandem roller, serta dilakukan perawatan. 


2. Tahap pekerjaan overlay dengan menggunaka Lataston Lapis Aus (HRS-WC).
Lataston Lapis Aus (HRS-WC) dibuat dengan menggunakan AMP ( Asphalt Mixing Plant ). Produk dari AMP berupa Campuran aspal panas ( Hotmix ) dikirim ke lapangan dengan menggunakan Dump Truck. 
Sebelum HRS-WC dihampar, permukaan harus diberi Lapis Perekat – Aspal Emulsi (Tack Coat). Dengan pelaksanaan pekerjaan yang baik diharapkan dapat memberikan ikatan yang baik antar Lapisan Lataston Lapis Aus (HRS-WC) dengan lapisan aspal lama dibawahnya. Sebelum Lapis Perekat disemprotkan maka permukaan jalan harus dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan Compressor dan kalau perlu disapu. Penyemprotan Lapis Perekat dengan menggunakan Asphalt Sprayer dengan volume 0,15 – 0,35 liter / m2, pada suhu berkisar 100 – 120 derajad Celcius. Kontrol volume dilakukan dengan memasang kertas karton (yang sebelumnya telah ditimbang beratnya) pada lokasi yang akan disemprot Lapis Perekat, kemudian ditimbang lagi setelah disemprot. Dari situ dapat diketahui volume Lapis Perekat per meter persegi. Selain itu dapat juga dilakukan dengan mengukur tinggi material Lapis Perekat dalam tangki sebelum dan sesudah dilakukan penyemprotan. Dari Volume yang disemprotkan dibagi dengan luas bidang semprot akan diketahui volume Lapis Perekat untuk tiap meter persegi. 

Lataston Lapis Aus (HRS-WC) dihampar pada seluruh permukaan jalan dengan tebal padat rencana 5 cm atau sesuai yang ditentukan dalam perencanaan. Segera setelah campuran aspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap ketidak sempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran aspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang viskositas aspal. Penggilasan campuran aspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah berikut ini : 

a. Penggilasan awal atau breakdown harus dilaksanakan baik dengan alat pemadat roda baja maupun dengan alat pemadat roda karet. Penggilasan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima minimum dua lintasan penggilasan awal. Penggilasan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Penggilasan akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi). 

b. Pertama-tama penggilasan harus dilakukan pada sambungan melintang yang telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan pergerakan campuran aspal akibat penggilasan. Bila sambungan melintang dibuat untuk menyambung lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus dilakukan sepanjang sambungan memanjang untuk suatu jarak yang pendek. 

c. Penggilasan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada tikungan harus dimulai dari tempat yang terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih (overlap) minimum setengah lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada titik yang kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya. 

d. Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk penggilasan awal harus terlebih dahulu menggilas lajur yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda penggilas yang menggilas tepi sambungan yang belum dipadatkan. Penggilasan dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat sedikit demi sedikit melewati sambungan, sampai tercapainya sambungan yang dipadatkan dengan rapi. 

e. Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorongnya campuran aspal. Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk memperoleh pemadatan yang merata saat campuran aspal masih dalam kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidak-rataan dapat dihilangkan. 

f. Roda alat pemadat harus dibasahi secara terus menerus untuk mencegah pelekatan campuran aspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan. Roda karet boleh sedikit diminyaki untuk menghindari lengketnya campuran aspal pada roda. 

g. Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin. 

h. Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor di atas perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh Kontraktor atas perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan perbaikan ini menjadi beban Kontraktor. 

i. Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap campuran aspal padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran aspal terhampar dengan luas 1000 cm2 atau lebih yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 

j. Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor harus memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahan yang berlebihan harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh Kontraktor di luar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya disetujui oleh Direksi Pekerjaan. 

k. Alat-alat yang dipergunakan untuk pekerjaan Penghamparan dilapangan adalah sebagai berikut : 
  • Asphalt Finisher (Untuk menghampar campuran Hotmix dilapangan) 
  • Tandem Roller (Untuk pemadatan pertama (Breakdown Rolling) dan Pemadatan akhir ( Finishing Rolling) 
  • Pneumatic Tyre Roller (Untuk pemadatan antara (Intermediate Rolling) 
  • Water Tank Truck (Untuk melayani kebutuhan air PTR dan Tandem Roller) 
  • Dump Truck (Untuk membawa material Hot Mix dari AMP menuju Lapangan).

3 komentar:

  1. Boleh bertanya... dalam spesifikasi HRS - WC dipersyaratkan 3 cm tidak boleh lebih. ternyata Anda membuat 5 cm. Kalau boleh tahu apakah Anda mempunyai spesifikasi yang bisa menjelaskan pemakaian tebal 5 cm pada HRS - WC? Mohon bantuannya karena Paket pekerjaan saya juga memakai HRS - WC 5 cm tetapi dipertayakan konsultan. Mohon bantunnya dapatkah saya menerima penjelasan dan spesifikasi tersebut. Terima kasih untuk perhatiannya.
    email saya josuamora99@gmail.com

    BalasHapus
  2. Boleh bertanya... dalam spesifikasi HRS - WC dipersyaratkan 3 cm tidak boleh lebih. ternyata Anda membuat 5 cm. Kalau boleh tahu apakah Anda mempunyai spesifikasi yang bisa menjelaskan pemakaian tebal 5 cm pada HRS - WC? Mohon bantuannya karena Paket pekerjaan saya juga memakai HRS - WC 5 cm tetapi dipertayakan konsultan. Mohon bantunnya dapatkah saya menerima penjelasan dan spesifikasi tersebut. Terima kasih untuk perhatiannya.
    email saya josuamora99@gmail.com

    BalasHapus
  3. TO Pak Josua Mora : berdasarkan Manual desain Perkerasan 2017 untuk spesifikasi HRS-WC disyaratkan 5 cm dengan ketentuan hanya di hampar satu lapis, tanpa HRS-BC pak.

    BalasHapus